Rabu, 31 Juli 2013

pitonan





  •  Adik bayi yang berusia tujuh bulan tersebut dimandikan dengan  air yang dicampur dengan bunga setaman. Istilah bunga setaman ini muncul karena bunga yang digunakan adalah bunga-bunya yang ada di taman si empunya upacara, seperti bunga mawar, melati, bugenvil, dan beberapa bunga rumput. Kebetulan, rumah saya tidak banyak bunga, jadi beberapa dari bunga itu epek (metik) dari pekarangan keluarga yang lain  . Oh iya, tidak lupa, nenek-nenek yang memandikan juga membacakan doa yang saya belum jelas doa apa saja yang dibaca. Yang saya dengar adalah hewes hewes hewes. Nenek yang memandikan pun ndak sembarangan. Musti nenek yang sudah dipercaya memegang anak kecil, maksudnya yang sudah berpengalaman “sayang” kepada anak kecil atau ahli dibidang itu.
  • Setelah adik bayi berusia tujuh bulan itu selesai dimandikan, adik bayi itu lalu didandani: dipupuri, diberi pakaian yang bagus, dan diberi mahkota dari janur. Dipupuri itu diberi bedak, tapi bukan sembarang bedak, melainkan bedak bayi yang wangiiii….lalu dipakaikan baju yang bagus (biasanya baju baru): kalau cewek pakai rok, kalau cowok pakai celana (oh iya, kalau cewek sudah ditindik telinganya). Dandan terakhir, dipakaikan mahkota dari janur. Mahkota ini ndak bernama, tapi bermakna: semoga adik bayi ini nanti bisa menjadi pemimpim seperti raja.
             Sesi mempercantik dan memperganteng diri selesai. Adik bayi yang sudah seperti bidadari dan malaikat itu kini digendong orang tua dan berfoto ria.

    Selesai berfoto… beralih ke sebuah tempat yang cukup lapang. Ada dua benda di sana, tangga dari tebu yang dihias kertas sumbo (saya tidak begitu tahu namanya. Pokoknya kertas itu kalau dimasukkan ke air, airnya akan berwarna seperti kertas itu. Ya merah, hijau, kuning) dan kurungan yang juga berhias kertas sumbo plus ayam jago di dalamnya.
              Dibantu orang tuanya, khususnya sang bapak, adik bayi tersebut naik tangga. Tangga yang terbuat dari tebu itu memiliki tujuh anak tangga. Artinya: semoga adik bayi ini nanti dapat mencapai langit ketujuh a.k.a nirwana a.k.a surga. Kenapa musti tebu? Karena tebu itu manis sehingga jalan yang ditempuh untuk mencapai nirwana tidak pahit dan mulus. Kenapa musti dibantu orang tua? Karena adik bayinya belum bisa jalan sendiri  . Pada bagian ini, orang-orang yang merupakan tetangga sekitar dan sanak sodara bertepuk tangan riuh dan memberi semangat. Apalagi waktu adik bayinya duduk di puncak tangga. Dia tersenyum lebar sehingga moment seperti ini adalahmoment paling pas untuk take a pic.....hehe
    Setelah naik tangga sebagai lambang langkah menuju surga… saatnya masuk ke kurungan ayam. Lagi-lagi, adik bayi ini ndak sendirian. Dia musti ditemani oleh orang lain, bisa sodara bisa tetangga. Yang pasti sang penemani itu harus anak kecil,Maksimal usia anak kelas empat SD.
              Di dalam kurungan itu hanya ada ayam, tak ada benda lain. Itulah bedanya dengan upacara tujuh bulanan yang lain. Pitonan di desa saya ini tak ada acara memilih benda, yang ada adalah memegang benda. Dan benda itu adalah ayam jago. Ini sebagai lambang keberanian, karena manusia sekecil itu harus berani memegang ayam, juga makna dari ayam jago itu sendiri yang bagi masyarakat di desa saya sebagai lambang seorang pemberani.
               Sesi cita-cita surga dan keberanian selesai… saatnya sesi membagi-bagi rejeki. Ini adalah sesi yang paling-paling-paling ditunggu oleh para tetangga. 
            # Sesi bagi-bagi rejeki ini ada dua bagian: yaitu selamatan yang dihadiri anak-anak dan selamatan yang dihadiri bapak-bapak.
    ~ Selamatan anak-anak ini namanya kenduren lumpang(kenapa namanya kenduren lumpang? wahh…ini kesalahan saya! Saya lupa bertanya apa arti frasa ini. Padahal ini termasuk penting kan yaaaa…). Di kenduren lumpang ini, anak-anak yang sudah sejak awal melihat proses pitonan adik bayi, mulai dari mandi hingga masuk kurungan ayam jago, diberi makanan dalam pincukan. Isi makanannya: nasi, sayur pepaya, lalapan tumpang (parutan kelapa, kecambah, dan kangkung), sayur tahu, telor, dan ayam. Oh iya, sebelum diberi makanan ini, ada tradisi yang sangat disukai anak kecil… yaitu sebaran duit (menyebar uang). Nenek atau bibi dari adik bayi itu menyebar uang receh yang diletakkan di besek (tumbu, dulunya tempat mencuci beras) yang berisi beras yang diberi pewarna kuning, bunga, dan uang receh. Dulu waktu saya kecil, uang recehnya berupa pecahan 25 hingga seratus rupiah, tapi sekarang berkembang menjadi lima ratus hingga seribu rupiah. Juga ada kompetisi: siapa yang paling banyak meraup uang, dialah pemenangnya. Uniknya, tak ada hadiah atau imbalan atau sesuatu untuk diberikan kepada pemenang ini. Bagi anak-anak itu, kebanggaan saja sudah cukup.
    Selesai kenduren lumpang, anak-anak itu pulang: makan dengan lahap di rumah dan membelanjakan uang hasil jerih payahnya). Sisa pitonan dibersihkan karena selamatan gedhe akan dilangsungkan.
    ~Mereka adalah bapak-bapak sekitar rumah sang empunya pitonan. Selamatan seperti kenduri biasa: berisi doa agar adik bayi yang dipitoni bisa sukses dunia akhirat. Sesuatu yang akan terus menemani ke mana pun adik bayi itu pergi, tumbuh, dewasa, dan melangkah jauh: doa dari mereka yang pagi itu merasa sangat bersyukur mendapat sarapan gratis. Terlepas dari itu, masyarakat di desa saya masih memiliki kadar kebersamaan tinggi: kesenanganmu adalah kesenangan kami)...

Pernikahan adat jawa

Nontoni

Bagian pertama dari rangkaian prosesi pernikahan adalah Nontoni. Proses nontoni ini dilakukan oleh pihak keluarga pria. Tujuan dari nontoni adalah untuk mengetahui status gadis yang akan dijodohkan dengan anaknya, apakah masih legan (sendiri) atau telah memiliki pilihan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi benturan dengan pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi menantunya. Bila dalam nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat ‘lampu hijau’ dari pihak gadis, tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.
Panembung

Panembung dapat diartikan sebagai melamar. Dalam melamar seorang gadis yang akan dijadikan jodoh, biasanya dilakukan sendiri oleh pihak pria disertai keluarga seperlunya. Tetapi bagian ini bisa juga diwakilkan kepada sesepuh atau orang yang dipercaya disertai beberapa orang teman sebagai saksi. Setelah pihak pria menyampaikan maksud kedatangannya, orangtua gadis tidak langsung menjawab boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga tata trapsila, jawaban yang disampaikan kepada keluarga laki-laki akan ditanyakan dahulu kepada sang putrid. Untuk itu pihak pria dimohon bersabar. Jawaban ini tentu saja dimaksudkan agat tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan, yaitu sang gadis, juga agar taj menurunkan wibawa pihak keluarganya. Biasanya mereka akan meminta waktu untuk memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari.
Paningset

Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan pria yang melamarnya, maka jawaban akan disampaikan kepada pihak keluarga pria, sekaligus memberikan perkiraan mengenai proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan agar kedua keluarga bisa menentukan hari baik untuk mewujudkan rencana pernikahan. Pada saat itu, orangtua pihak pria akan membuat ikatan pembicaraan lamaran dengan pasrah paningset (sarana pengikat perjodohan). Paningset diserahkan oleh pihak calon pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita paling lambat lima hari sebelum pernikahan. Namun belakangan, dengan alasan kepraktisan, acara srah-srahan paningset sering digabungkan bersamaan dengan upacara midodareni.
Ubarampe (perlengkapan) paningset yang diserahkan orang tua pihak pria keluarga perempuan berupa:
* Paningset utama
* Abon – abon paningset
* Pengiring paningset
* Sesaji Pelengkap paningset
Paningset utama

1) KAIN BATHIK TRUNTUM
Berupa latar hitam dengan tebaran bunga-bunga tanjung yang melambangkan bintang pada malam hari. Maknanya bahwa kehidupan manusia tidak akan lepas dari dua sisi kehidupan, seperti terang-gelap, suka-duka, kaya-miskin, dan seterusnya. Apabila sedan mendapat pepeteng (cobaan), kiranya segera mendapat pepadhang, bagai bintang dimalam hari.
2) CINCIN
Cincin dua buah berbentuk ‘lus seser’ yang tidak ada ujung pangkalnya. Diibaratkan cinta kasih kedua insan ini akan selalu mengikat tiada berakhir selamanya, selain hanya dalam kuasa Tuhan.
3) KASEMEKAN (BRA)
Kasemakan adalah penutup dada. Ubarampe (perangkat) ini menunjukkan makna sebagai penutup ‘teleng tedhane jabang bayi’. Yang artinya payudara. Inilah symbol perilaku kesusilaan, maksudnya jalan yang akan ditempuh dalam menjodohkan anak adalah dengan tata susila.
4) STAGEN
Stagen adalah kain tenunan selebar 12 cm dan panjangnya 4 hingga 4,5 m dari benang lawe besar, untuk mengikat saat mengenakan kain bathik. Makna stagen sebagai paningset dalam tradisi adalah mengikat kesepakatan yang telah dicapai dalam menjodohkan anak. Stagen mempunyai arti paningset yang juga diambil maknanya sebagai ‘bebakalaning sandhang’ (wujud benang lawe) atau cikal bahan sandang yang diharapkan dalam perkawinannya nanti semoga kuat dalam ‘nandhang saliring lelampahan’ )kuat dalam menjalani segala kondisi dalam berumah tangga).
5) KAIN SINDUR
Kain sindur adalah sejenis kain ‘rimong’ atau selendang yang berwarna merah dan putih. Warna merah melambangkan wanita dan putih melambangkan pria yang diharapkan bisa mneytau melanjutkan keturunan.
Abon – abon paningset

1) JERUK GULUNG ATAU JERUK BALI
Merupakan perlambang dalam berbesanan dan juga bagi pengantin. Maksudnya adalah mereka sudah siap mejalankan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dan sudah dipikirkan secara mendalam.
2) NASI GOLONG
Nasi yang dibentuk menjadi bulatan. Yang diperlukan adalah sebanyak dua buah. Nasi golong menggambarkan tekad yang sudah ‘golong-gilik’ dalam menjodohkan anak dengan penuh rasa tanggung jawab.
3) TEBU WULUNG
Tebu wulung adalah tebu yang berwarna merah tua. Tebu itu
melambangkan sumber rasa manis. Hal ini menjadi harapan cita-cita bahwa di dalam kehidupan berkeluarga nanti akan selalu mendapatkan kehidupan yang serba manis.
4) PISANG AYU DAN SURUH AYU
Ubarampe ini berupa pisang raja setangkep. Pisang raja dipilih karena raja adalah seorang yang berkedudukan tinggi dan luhur. Harapan nya, pasangan ini kelak bisa mencapai kedudukan yang tinggi. Sedangkan makna suruh ayu adalah kelak kerukunan dan kebersamaan akan selalu ada dalam mengarungi kehidupan berkeluarga. Hal ini tercermin dari sifat daun suruh, yang meski permukaan atas dan bawahnya berbeda namun jika digigit rasanaya akan sama.
Pangiring paningset

Pengiring ini merupakan kelengkapan sari ubarampe yang baku. Bentuk dari pangiring paningset ini adalah hasil bumi maupun barang kebutuhan wanita.
Sesaji pelengkap paningset
1) Sepasang angsa atau ayam hidup, agar jodoh kedua mempelai abadi.
2) Dua buah kelapa gading atau kelapa cengkir (muda), sebagai perlambang ketajaman pikiran.
3) Dua batang tebu wulung, sebagai simbol keteguhan hati.
4) Bahan-bahan jamu, misalnya : jahe. Kunyit, kencur, empon-empon, sebagai simbol kesehatan bagi kedua mempelai.
PELAKSANAAN PERKAWINAN
Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok tradisi Jawa sebagai berikut :
1. SOWAN LUHUR
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. WILUJENGAN
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam melaksanakan hajat diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan. Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk, seperti ‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan ini semua sarat ubarampe enak dimakan oleh manusia.
3. PASANG TARUB
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.
4. PASANG TUWUHAN
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
A. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masuk
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah mempunyai pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
B. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau kebijakan.
C. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan.
D. Daun randu dari pari sewuli
Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehinggahal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar terbebas dari segala halangan.
5. SIRAMAN DAN SADE DAWET (DODOL DAWET)
Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan, kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber air, atau air tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Pelaksanaan tradisi ini
Masing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang diakhiri siraman oleh ayah mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau kendhi, sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusaii siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar pengantin. Selanjutnya sang Ayah menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada sang ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman rumah. Upacara ini bermakna membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’ atau dibuat cengkorong paes. Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan, dan tanpa bunga.
Dodol Dawet
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu, kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet). Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri , harus saling membantu.
6. SENGKERAN
Setelah calon pengantin wanita ‘dihaluh-halubi’ atau dibuat cengkorong paes lalu ‘disengker’ atau dipingit. Artinya tidak boleh keluar dari halaman rumah.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.
7. MIDODARENI ATAU MAJEMUKAN
Malam menjelang dilaksanakan ijab dan panggih disebur malam midodareni. Midodareni berasal dari kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mepercantik pengantin wanita.
Prosesi yang dilaksanakan pada malam midodareni
A. Jonggolan
Datangnya calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih.
B. Tantingan
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat perkawinan.
C. Turunnya Kembar Mayang
Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.
D. Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria.
8. IJAB PANIKAH
Pelaksanaan ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara Keraton, saat ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu maupun mempelai diatur sebagai berikut :
· Pengantin laki-laki menghadap barat
· Naib di sebelah barat menghadap timur
· Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa menyesuaikan

Jumat, 14 Juni 2013

Virus



Untuk berkembang biak, virus rnemerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sei bakteri, sel hewan,
atau sel tumbuhan untuk bereproduksi.
Ada dua macam cara virus meneinfeksi bakteri, yaitu secara litik dan secara lisogenik. Pada infeksi secara litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan reproduksi, sedangkan pada infeksi secara lisogenik, Virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi dengan DNA sel bakteri, sehingga jika bakteri membelah atau berkembangbiak virus pun ikut membelah.
Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada tumbuhan mirip dengan yang berlangsung pada bakteriofag, yaitu melalui fase adsorpsi, sintesis, dan lisis.

a. Infeksi secara litik


Infeksi secara litik melalui fase-fase berikut ini:



1. Fase adsorpsi dan infeksi
Dengan ujung ekornya, fag melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel bakteri, daerah itu disebut daerah reseptor
(receptor site : receptor spot). Daerah ini khas bagi fag tertentu, dan fag jenis lain tak dapat melekat di tempat tersebut. Virus penyerang bakteri tidak memiliki enzim-enzim untuk metabolisme, tetapi rnemiliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel bakteri.
Sesudah dinding sei bakteri terhidrolisis (rusak) oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk ke dalam hospes (sel bakteri). Fag
kemudian merusak dan mengendalikan DNA bakteri.


2. Fase Replikasi (fase sintesis)
DNA fag mengadakan pembentukan DNA (replikasi) menggunakan DNA bakteri sebagai bahan, serta membentuk selubung
protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA baru virus yang lengkap dengan selubungnya.



3. Fase Pembebasan virus fag - fag baru / fase lisis
Sesudah fag baru terbentuk, sel bakteri akan pecah (lisis), sehingga keluarlah fag yang baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai sekitar 200. Pembentukan partikel bakteriofag memerlukan waktu sekitar 20 menit.





b. Infeksi secara lisogenik


Infeksi secara lisogenik melalui fase-fase berikut ini:



1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menempel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada bakteri kemudian mengeluarkan DNAnya ke dalam
tubuh bakteri.





2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA bakteri membentuk profag. Dalam bentuk profag, sebagian besar gen berada dalam fase tidak
aktif, tetapi sedikitnya acla satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.


3. Fase pembelahan
Bila bakteri membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan bakteri juga mengandung profag di dalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.

Jadi jelaslah bahwa pada virus tidak terjadi pembelahan sel, tetapi terjadi penyusunan bahan virus (fag) baru yang berasal dari bahan yang telah ada dalam sel bakteri yang diserang.






Kamis, 13 Juni 2013

Kepribadian Wanita dilihat dari ALis



Secara etimologis atau asal katanya, psikologi berasal dari 2 kata, yaitu Psychē yang berarti jiwa dan logia yang berarti ilmu. Jadi, secara sederhana psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Ilmu psikologi sekarang sudah sangat berkembang, salah satu pemanfaatan yang biasa dilakukan adalah pembacaan kepribadian seseorang (wanita) dengan melihat bentuk, fisik luar tubuhnya.


Psikologi wanita. Salah satu yang umum digunakan untuk menilai kepribadian seseorang (wanita) adalah dengan melihat kondisi fisiknya. Ilmu psikologi telah mendapatkan hubungan bentuk tubuh seseorang (wanita) dengan kondisi psikologi, jiwa, atau kepribadian seseorang (wanita). Penggunaan secara sederhana adalah untuk mengetahui, menebak kepribadian orang yang mungkin kita kenal. Ya, walaupun unsur pembentuk kepribadian menurut hemat kami adalh gabungan antara perasaan dan pemikiran yang dimiliki oleh seseorang (wanita). Namun, pada kesempatan ini tidak apa-apalah kami share mengenai "Psikologi Kepribadian Wanita Lewat Alis". Artinya, lewat alis atau dengan kata lain melihat, mengamati alis seseorang (wanita) bisa diprediksi bagaimana kondisi kejiwaan, atau kepribadian seseorang, walaupun hasilnya tidak 100%.


Psikologi Kepribadian Wanita Lewat Alis. Alis.dapat menunjukkan pola pikir seseorang (wanita).


Berikut kami jabarkan macam-macam bentuk alis wanita beserta tafsiran mengenai kepribadiannya.


Alis; tebal dipangkal kemudian tipis di ujung

Bila seseorang (wanita) memiliki alis dengan pangkal tebal lalu menepis di ujung menunjukkan bahwa mereka sangat berbakat dalam memulai proyek-proyek baru.



Alis: pangkal tipis kemudian tebal di ujung

Alis yang dimulai dengan pangkal tipis dan berakhir dengan ujung lebih tebal menunjukkan orang yang berbakat mengikuti detail.


Alis Tebal (normal)

Jika alis anda tebal berarti menunjukkan kekuatan intelektual


Alis Tipis

Bila seseorang (wanita) memiliki alis tipis tipis menunjukkan intensitas mental.


Bentuk alis Lurus

Bentuk alis yang lurus menunjukkan bahwa anda adalah orang yang baik, estetis tapi jika jaraknya terlalu dekat ke mata.


Alis: terlalu Tebal

Bila alis anda terlalu tebal berarti anda adalah orang yang mudah marah dan tidak sabar.


Bentuk Alis menunjuk ke telinga
Alis yang agak menunjuk ke telinga memberi arti bahwa anda adalah orang yang senang sikap ramah.